Sabtu, 05 November 2016

08.16 - No comments

Perilaku Manusia Di Dunia Maya




INTERNET sebagai bagian dari keseharian masyarakat sering dipandang sebagai dunia yang bebas tanpa aturan. Tidak seperti di dunia nyata, saat berada di dunia maya masyarakat cenderung lebih bebas berekspresi dan melakukan hal-hal yang mereka inginkan. Tindakan inilah yang kadang memicu perselisihan antar pengguna di internet. Padahal sejatinya dunia maya dan nyata sama-sama memiliki seperangkat aturan atau etika yang harus dipatuhi agar komunikasi dan hubungan antar pengguna terjalin secara harmonis. Simklah penjelasan singkat tentang etika dalam berperilaku di internet berikut ini.
Pesan pribadi adalah pesan  yang harus dijawab secara pribadi dan jangan pernah mempostingnya di forum. Sering kita menemui kasus orang yang menulis isi pesan pribadi di forum padahal mungkin saja sang pengirim tidak berkenan pesan yang disampaikan secara pribadi diketahui oleh orang lain. berhati-hatilah dalam menggunkan huruf kapital. Sudah diketahui bersama bahwa huruf kapital melambangkan kemarahan dan emosi. Jika anda tidak bermaksud memberi penegasan, sebaiknya hindari huruf capital karena dapat menyinggung pengguna lain.
Dalam dunia sosial media di internet, cara untuk berkencan, berpacaran, bahkan perilaku sosial remaja ternyata sangat dipengaruhi oleh social media.  Remaja mudah sekali mengikuti perilaku teman-temannya di Facebook atau Twitter, demikian menurut studi yang dilakukan McAfee belum lama ini. Waduh, berabe juga ya? Separah apa sih pengaruhnya?
Studi ini melibatkan remaja usia 13-17 tahun, dan menemukan bahwa sebanyak 46% dari mereka sangat terpengaruh oleh internet. Dari mengamati perilaku yang sedang tren di social media, mereka tahu bagaimana harapan pacar atau teman-teman mereka, sehingga akan berusaha mengikutinya.
Generasi remaja saat ini seolah hidup di dua dunia, yaitu dunia nyata dan dunia maya. Keduanya saling mempengaruhi satu sama lain. Hampir seperempat remaja atau 23% sudah memiliki smartphone sendiri,dan terkoneksi ke internet. Mereka terhubung ke situs social media seperti Facebook, Twitter, dan YouTube, nyaris sepanjang waktu. Sebagian besar remaja kini adalah  para “Digital Natives”, yang berarti mereka terkoneksi dengan teknologi setiap waktu, dan merasa “telanjang” tanpa teknologi. Maka jangan heran jika hidup mereka sangat tergantung pada teknologi, termasuk di dalamnya dunia maya.
Para remaja itu merasa tertekan jika tidak mengikuti tren yang terjadi di dunia maya, terutama masalah perkencanan. Dunia maya, yakni social media, menjadi semacam “kiblat” ideal bagi remaja mengenai perilaku berkencan yang asik, pacaran yang keren, dan sejenisnya. Di social media, banyak remaja yang berbagi pengalaman atau harapan mereka tentang bagaimana berinteraksi dan gaul yang keren. Maka banyak remaja yang merasa ketinggalan zaman jika tidak mengikuti pola itu.
Internet antara lain menggambarkan bagaimana seorang perempuan ingin diberlakukan lawan jenisnya, sehingga para gadis secara tak sadar mengikutinya. Pengaruh juga tidak mengenal gender, sebab remaja pria juga mengalami hal serupa.  Situs social media seperti Facebook dapat mendorong remaja berperilaku kebalikan dari dunia nyata. Maka jangan heran jika menemukan ada remaja yang perilakunya di internet berbeda dengan di keseharian di dunia nyata.